Get me outta here!

Minggu, 16 Juni 2013

Cerita Kekerasan dalam Komik Asterix: Review Pelatihan BM Children Book Forum 15 April 2012



Sekitar setahun lalu, BM pernah mengadakan pelatihan untuk teman-teman volunteer angkatan pertama. Meskipun sudah berjalan setahun lalu, materi pelatihannya tetap menarik untuk disimak. Materi ini tak hanya untuk teman-teman volunteer saja, tapi juga untuk sahabat BM lainnya. Selamat membaca! 


Setelah volunteer diberi tugas untuk mereview tiga buku bacaan anak, dan salah satunya adalah review buku Asterix, yang di setiap ceritanya terjadi kekerasan. Kekerasan yang terjadi di buku cerita Asterix adalah :
-          Kekerasan tanpa darah
-          Karikatural
-          Kesenangan untuk Galia
-          Relasi penjajahan Romawi ingin menguasai wilayah tersebut

 Ada juga 2 konteks dalam cerita ini, yaitu: tentang penjajahan dan kekerasan. Bukan hanya cerita Asterix saja yang mempunyai konteks seperti itu, ada juga cerita dari negara lain yang memiliki konteks seperti yang di atas, contohnya:
-          Saijah yang terjadi di Indonesia, saat masa tanam paksa.
-          Gen Si Kaki Ayam yang terjadi di Jepang, menceritakan korban bom atom.
-          Laura Ingals yang terjadi di Amerika, yang menceritakan tentang penyiksaan orang Indian.

 Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil di cerita-cerita semacam itu. Ada beberapa film yang menceritakan tentang piciknya orang buangan yaitu: Scarlett Letters dan Dance with Wolves.

Tiga bulan ke depan, bacaan anak tidak sekedar pinjam meminjam buku, tapi ditarik children media literacy. Komik Gen Si Kaki Ayam memutarbalikkan fakta tentang Jepang selama ini, di dalam cerita Gen banyak orang Jepang yang menjadi korban saat terjadinya bom atom.

            Sekarang ini yang datang ke BM masih dalam kalangan terbatas saja, karena kita dianggap masih pasif. Oleh karena itu, pentingnya suatu tindakan untuk menjadikan BM yang aktif. Seperti menyebarkan selebaran tentang BM, melalui internet blog, dan FB. Hal-hal semacam ini sangat penting, karena secara sistematis orang-orang dapat melihat aneka bacaan, dan bisa tahu apa yang kita pelajari. Penting juga dalam memanfaatkan komunikasi seperti selebaran, internet adalah salah satu wadah komunikasi, dan perlu untuk dimanfaatkan sebagai alat produksi kerja, bukan hanya sebagai konsumsi saja. Apalagi untuk belajar tentang cultural literacy.

             Semua alat teknologi adalah alat untuk produksi atau bekerja. Masuk ke abad 21 ada etik yang paling mendasar yaitu handphone dan internet. Kedua alat teknologi tersebut adalah alat untuk kerja. Misalnya untuk mengupload review ke internet. Mengapa hal tersebut penting? Hal itu dikarenakan kita adalah sasaran konsumsi dan supaya tidak mudah digeser oleh alat, sehingga kita harus memaksimalkan pemanfaatan teknologi. Orang Indonesia ada bawaan greedy atau rakus dan cendurung tidak ada batasan untuk konsumsi kertas. Seiring dengan berkembangnya teknologi, penggunaan kertas tersebut bisa diminimalisir dengan memanfaatkan Facebook dan juga handphone.

            Selain teknologi, kita juga harus bisa menempatkan taman bacaan sebagai alat untuk produksi sehingga bisa melihat konteks. Seorang volunteer di taman bacaan terutama di BM adalah melayani peminjam selain itu juga menemani peminjam menemukan bacaan yang tepat. Untuk bisa membantu peminjam menemukan bacaan yang tepat diperlukan PK atau product knowledge, minimal mengetahui produk bacaan yang tersedia di BM. Di BM buku-bukunya dikategorikan sesuai dengan bahasa, bahasa Inggris (asing) dan Indonesia. Pengkategorian tidak boleh didasari oleh kemauan sendiri harus melihat kebutuhan atau keinginan pengunjung.

            Untuk menarik pengunjung, kita akan mengupload terjemahan dan review yang akan diformat menjadi newsletter untuk guru. Selain guru, review dan terjemahan tersebut juga ditargetkan untuk orangtua. Guru mempunyai beban yang sangat berat dari Dinas Pendidikan sehingga melalui review yang diupload tersebut akan membantu guru mengakses bacaan anak. Mengapa ditujukan ke guru? Melalui sebuah pertimbangan, guru menjadi sasaran karena satu guru bisa mengajar kurang lebih 25 anak, jadi melalui guru dapat menjangkau lebih banyak anak.

0 komentar:

Posting Komentar