Candapinggala,tokoh singa dalam Tantri Kamandaka
Pernah dengar kisah kura-kura yang terbang bersama angsa?Judul lucu, pasti isinya lucu, bukan begitu?Tapi ternyata isinya berisi nasihat untuk tidak mengabaikan saran seorang sahabat. Cerita ini terdapat dalam kisah Tantri Kamandaka, kumpulan cerita fabel kuno yang pada jaman dahulu...yaa..sering diceritakan,tapi kini hampir terlupakan.
Tantri Kamandaka merupakan kumpulan
cerita fabel tradisional yang sarat nilai moral (Tantri: ilmu
Kamandaka:Kamandakisi: hewan). Kumpulan cerita ini menyadur
kisah Pancatantra yang berasal dari India. Versi Pancatantra yang diambil adalah Pancatantra Tantropakhyana, yang ditulis oleh Vasubhaga (Basubaga dalam Tantri Kamandaka). Versi Tantropakhyana ini dijumpai di India bagian Selatan. Tantropakhyana ini mungkin sampai ke Indonesia karena ada hubungan damai atau malah invasi.
Sama seperti kisah aslinya, Tantri Kamandaka merupakan satu cerita utama yang terdiri dari jalinan banyak cerita di dalamnya.Kisah diawali dengan seorang raja yang ingin menikahi semua wanita cantik di negerinya. Kesukaan raja itu kemudian berhenti saat Tantri, calon istri berikutnya, menceritakan berbagai kisah kepada sang raja.
Berdasarkan penelitian Dr. C Hooykas, penggubahan Tantri Kamandaka terjadi pada sekitar 1200-an Masehi. di Indonesia terdapat 12 macam naskah Tantri yaitu, 3 dalam bahasa Jawa Kuno, 2 dalam bahasa Jawa Baru, 2 dalam bahasa Madura, 5 dalam bahasa Bali, sembilan naskah terakhir termasuk naskah muda dan dalam keadan yang sangat buruk.. Media penuturan nya bermacam-macam, mulai dari lontar hingga dalam bentuk relief candi. Candi yang memuat kisah dalam Tantri Kamandaka ada beberapa, contohnya antara lain Candi Mendut (Magelang), Candi Sojiwan(Yogyakarta), Candi Jago (Malang)
Pengaruh India di Asia Tenggara
Sama seperti kisah aslinya, Tantri Kamandaka merupakan satu cerita utama yang terdiri dari jalinan banyak cerita di dalamnya.Kisah diawali dengan seorang raja yang ingin menikahi semua wanita cantik di negerinya. Kesukaan raja itu kemudian berhenti saat Tantri, calon istri berikutnya, menceritakan berbagai kisah kepada sang raja.
Pola cerita dalam Tanri Kamandaka. A adalah cerita utama dengan A.1, A.1.1 dan seterusnya adalah cerita di dalam cerita utama.
Berdasarkan penelitian Dr. C Hooykas, penggubahan Tantri Kamandaka terjadi pada sekitar 1200-an Masehi. di Indonesia terdapat 12 macam naskah Tantri yaitu, 3 dalam bahasa Jawa Kuno, 2 dalam bahasa Jawa Baru, 2 dalam bahasa Madura, 5 dalam bahasa Bali, sembilan naskah terakhir termasuk naskah muda dan dalam keadan yang sangat buruk.. Media penuturan nya bermacam-macam, mulai dari lontar hingga dalam bentuk relief candi. Candi yang memuat kisah dalam Tantri Kamandaka ada beberapa, contohnya antara lain Candi Mendut (Magelang), Candi Sojiwan(Yogyakarta), Candi Jago (Malang)
Relief Sapi melawan singa di Candi Sojiwan (http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Sojiwan)
Relief Dua kakaktua yang berbeda sifat di Candi Mendut (http://www.kisahkamu.com/2013/03/sejarah-asal-usul-candi-mendut-history-of-java.html?m=0)
Relief kura-kura dan angsa di Candi Jago (http://sumarnoguritno.blogspot.com/2013/04/cerita-tantri-pada-relief-candi-jago.html)
Tantri Kamandaka memang mirip
Panchatantra, namun demikian Tantri Kamandaka memiliki perbedaan-meskipun tidak
besar- yang bisa dilihat. Pada Panchatantra Tantropakhyana, Maharaja Eswaryapada adalah raja yang ingin menikah terus menerus setiap malamnya. Terlihat kalau ini hanya keinginan egois seorang raja. Berbeda dengan Tantri Kamandaka, sang raja ingin menikahi setiap gadis yang berbeda karena dia pernah melihat, kalau acara pernikahan tidak hanya menyenangkan pasangan dan keluarganya, tapi juga para tamu dan orag di dekatnya. Selain itu,. Kisah yang diambil pun hanya kisah persahabatan
dari Lembu dan Singa.
Beberapa ilustrasi Tantri Kamandaka gaya Bali (klik untuk perbesar)
Perbedaan yang lainnya adalah surga dan neraka sebagai bagian dari
hukum sebab-akibat/karma sangat ditekankan dalam beberapa kisah Tantri
Kamandaka. Manusia maupun hewan bisa mendapatkan konsekuensi baik maupun buruk,
masuk surga maupun neraka, tergantung perbuatannya. Bagian ini jelas berbeda
dengan Panchatantra yang hanya memunculkan karma di dunia.
Dibalik perbedaan-perbedaan itu, perlu
diakui kehebatan pujangga Nusantara jaman dahulu yang mampu memodifikasi kisah
asing menjadi sesuai dengan konsep budaya dan agama pada saat itu. Bayangkan
apabila kisah Tantri Kamandaka dipercantik dengan ilustrasi yang indah, pasti
bisa menjadi cerita anak menarik!tidak melulu hanya berpaling pada kisah
Mahabharata dan Ramayana.
Agar lebih banyak dikenal, pada artikel
lanjutan akan ditulis cerita-cerita dalam Tantri Kamandaka. Sumber
dari kisah yang nanti dituliskan adalah
buku Candapinggala: Kisah Persahabatan Singa dan Lembu (nama tokoh singa dalam kisah Tantri Kamandaka) terbitan U.P Indonesia tahun 1982. yang
diterjemahkan Kamajaya. Candapinggala adalah terjemahan Indonesia yang
(ironisnya) berasal dari terjemahan Belanda oleh Dr.C. Hooykas
Oke selamat menanti dan menikmati kisah Tantri
Kamandaka di artikel selanjutnya!(dwi)
Kisah Tantri Kamandaka :
Tantri Kamandaka (Permulaan) : Maharaja Eswarayapada dan Tantri
Lihat juga :
Bujang Permai-Murti Bunanta
Mengapa Tubuh Udang Bengkok-Murti Bunanta
Mengembara ke Kaki Langit-Rahmah Asa
tantri kamandaka, kapan aku mau baca lagi..
BalasHapusHehe. Bagus loh, bisa buat bahan cerita.
BalasHapus