Get me outta here!

Sabtu, 22 Juni 2013

Saatnya Berburu Buku!!


Demi para pembaca di Bledug Mrapi, segenap tenaga dikerahkan untuk mblusuk  dan mencari buku anak berkualitas. Maka, pada hari Senin, tanggal 17 Juni 2013 kemarin, dua volunteer, Dwiki dan Ajeng, bersama mbak Dian diantarkan oleh pak Yayan, berangkat ke Semarang untuk berburu buku anak!!yeah!!

Perjalanan dimulai dari pagi hari jam 07.30, saat suasana jalan cukup lengang. Muntilan…Magelang…Ungaran, hingga mendekati Semarang kota perjalanan cukup tenang dan lancar, yaaa anugrah tersendiri karena biasanya jalan-jalan itu padat seperti jalur semut. Tapi, mulai masuk ke kota Semarang, jalan mulai padat dan pemandangan hijau di daerah sebelumnya harus segera dilupakan. Lebih mengejutkan lagi, Semarang sedang dilanda banjir!!weleh-weleh. Padahal cuacanya cukup cerah dengan dihiasi beberapa awan putih. Walaupun begitu, banjir tidak menghalangi perjalanan menuju tempat pertama, loakan buku di sebuah pasar.Maju terus!

Melewati Lawangsewu...

Oke, banjir memang tidak menghalangi perjalanan, tapi cukup merepotkan karena pasar yang dituju dikelilingi banjir dan banyak genangan air. Akibat banjir ini, mobil harus diparkir 100 meter dari pasar. Lalu siapa saja yang kemudian turun? Maka pada pukul 13.00, mbak Dian, Ajeng dan Dwiki lah yang kemudian akan mblusuk ke pasar. Tidak disangka tempat loakan buku yang dicari itu memang mblusuk, selain itu memang mereka bertiga belum menguasai medan seperti mas Prim. Oh, siapa mas Prim? Ya beliau suami mbak Dian yang sudah lebih dahulu merintis pencarian buku anak di waktu-waktu yang lalu.
 Mas Prim (foto asli tidak tersedia)

Setelah bertanya kesana-kemari, kesitu-kesini, mas situ dan mbak sini, akhirnya ketemu juga toko  loak yang dimaksud. Mbak Dian dan kedua teman kita kemudian memilah-milah buku anak yang akan dibawa diantara sekian banyak tumpukan buku. Pemilahan buku ini berakhir pada pukul 14.00, dan kemudian mereka menuju lokasi berikutnya yaitu toko B!

 Cekatan dalam memilihkan buku

Tik tuk tik tuk tenggggg….jarum jam menunjuk pukul 14.30, dan mereka pun sampai di B. Tempat yang benar-benar besar, dan setengahnya berisi buku-buku impor. Perburuan buku dimulai kembali.Namun pihak B ternyata sudah memilihkan buku-buku anak. Setelah hampir sejam  berkutat di tumpukan buku terpilihlah sejumlah buku yang menarik. Mas Toro, seorang pegawai disitu, ikut membantu mengepak buku dalam dua dus berukuran sedang. Proses mengepak selesai, dan jam sudah menunjukkan pukul 16.00, toko B pun sudah harus tutup, dan saatnya bertolak menuju Yogyakarta.

 Toko B yang amat besar dengan jumlah koleksi yang sama besar (atas) sehingga perlu waktu untuk memilih buku-bukunya (bawah)

Perjalanan ke Yogyakarta ramai lancar melewati jalan tol, disuguhi perbukitan yang masih cukup hijau. Kemudian di tengah perjalanan kami mampir dulu ke sebuah rumah makan untuk mengisi tenaga yang sudah berkurang di Warung Selera Rasa. Setelah tenaga terisi, perjalanan dilanjutkan kembali dan akhirnya para pejuang tersebut sampai di Nandan hampir jam 21.00. Hari yang melelahkan, tapi melihat buku-buku yang didapat, IMPAS!!!

Minggu, 16 Juni 2013

Cerita Kekerasan dalam Komik Asterix: Review Pelatihan BM Children Book Forum 15 April 2012



Sekitar setahun lalu, BM pernah mengadakan pelatihan untuk teman-teman volunteer angkatan pertama. Meskipun sudah berjalan setahun lalu, materi pelatihannya tetap menarik untuk disimak. Materi ini tak hanya untuk teman-teman volunteer saja, tapi juga untuk sahabat BM lainnya. Selamat membaca! 


Setelah volunteer diberi tugas untuk mereview tiga buku bacaan anak, dan salah satunya adalah review buku Asterix, yang di setiap ceritanya terjadi kekerasan. Kekerasan yang terjadi di buku cerita Asterix adalah :
-          Kekerasan tanpa darah
-          Karikatural
-          Kesenangan untuk Galia
-          Relasi penjajahan Romawi ingin menguasai wilayah tersebut

 Ada juga 2 konteks dalam cerita ini, yaitu: tentang penjajahan dan kekerasan. Bukan hanya cerita Asterix saja yang mempunyai konteks seperti itu, ada juga cerita dari negara lain yang memiliki konteks seperti yang di atas, contohnya:
-          Saijah yang terjadi di Indonesia, saat masa tanam paksa.
-          Gen Si Kaki Ayam yang terjadi di Jepang, menceritakan korban bom atom.
-          Laura Ingals yang terjadi di Amerika, yang menceritakan tentang penyiksaan orang Indian.

 Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil di cerita-cerita semacam itu. Ada beberapa film yang menceritakan tentang piciknya orang buangan yaitu: Scarlett Letters dan Dance with Wolves.

Tiga bulan ke depan, bacaan anak tidak sekedar pinjam meminjam buku, tapi ditarik children media literacy. Komik Gen Si Kaki Ayam memutarbalikkan fakta tentang Jepang selama ini, di dalam cerita Gen banyak orang Jepang yang menjadi korban saat terjadinya bom atom.

            Sekarang ini yang datang ke BM masih dalam kalangan terbatas saja, karena kita dianggap masih pasif. Oleh karena itu, pentingnya suatu tindakan untuk menjadikan BM yang aktif. Seperti menyebarkan selebaran tentang BM, melalui internet blog, dan FB. Hal-hal semacam ini sangat penting, karena secara sistematis orang-orang dapat melihat aneka bacaan, dan bisa tahu apa yang kita pelajari. Penting juga dalam memanfaatkan komunikasi seperti selebaran, internet adalah salah satu wadah komunikasi, dan perlu untuk dimanfaatkan sebagai alat produksi kerja, bukan hanya sebagai konsumsi saja. Apalagi untuk belajar tentang cultural literacy.

             Semua alat teknologi adalah alat untuk produksi atau bekerja. Masuk ke abad 21 ada etik yang paling mendasar yaitu handphone dan internet. Kedua alat teknologi tersebut adalah alat untuk kerja. Misalnya untuk mengupload review ke internet. Mengapa hal tersebut penting? Hal itu dikarenakan kita adalah sasaran konsumsi dan supaya tidak mudah digeser oleh alat, sehingga kita harus memaksimalkan pemanfaatan teknologi. Orang Indonesia ada bawaan greedy atau rakus dan cendurung tidak ada batasan untuk konsumsi kertas. Seiring dengan berkembangnya teknologi, penggunaan kertas tersebut bisa diminimalisir dengan memanfaatkan Facebook dan juga handphone.

            Selain teknologi, kita juga harus bisa menempatkan taman bacaan sebagai alat untuk produksi sehingga bisa melihat konteks. Seorang volunteer di taman bacaan terutama di BM adalah melayani peminjam selain itu juga menemani peminjam menemukan bacaan yang tepat. Untuk bisa membantu peminjam menemukan bacaan yang tepat diperlukan PK atau product knowledge, minimal mengetahui produk bacaan yang tersedia di BM. Di BM buku-bukunya dikategorikan sesuai dengan bahasa, bahasa Inggris (asing) dan Indonesia. Pengkategorian tidak boleh didasari oleh kemauan sendiri harus melihat kebutuhan atau keinginan pengunjung.

            Untuk menarik pengunjung, kita akan mengupload terjemahan dan review yang akan diformat menjadi newsletter untuk guru. Selain guru, review dan terjemahan tersebut juga ditargetkan untuk orangtua. Guru mempunyai beban yang sangat berat dari Dinas Pendidikan sehingga melalui review yang diupload tersebut akan membantu guru mengakses bacaan anak. Mengapa ditujukan ke guru? Melalui sebuah pertimbangan, guru menjadi sasaran karena satu guru bisa mengajar kurang lebih 25 anak, jadi melalui guru dapat menjangkau lebih banyak anak.

Kamis, 13 Juni 2013

Menjaga Kepercayaan Orang Lain


Judul         : Burung Elang dan Induk Ayam
Pengarang : Zaza Gambir
Penerbit    : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun        : 2001



Zaman dulu kala, Burung Elang dan Induk Ayam saling bersahabat. Keduanya saling tolong menolong. Apabila anak-anak ayam baru mengalami kesulitan Burung Elang membantunya, begitu pula Induk Ayam. Suatu ketika, Induk Ayam menerima undangan untuk pesta. Lalu, dia mendatangi sarang Burung Elang untuk meminjam cincin yang dimiliki oleh Burung Elang. Burung Elang pun tidak sungkan untuk meminjamnya karena sudah akrab. Tetapi, Burung Elang memberikan peringatan bahwa apabila cincin itu hilang maka sebagai gantinya adalah nyawa anak-anak ayam. Induk Ayam pun menyetujuinya. 

 Induk Ayam Ingin Meminjam Cincin Milik Si Elang...

Setelah itu, Induk Ayam berangkat ke pesta dengan cincin tersebut dan menjadi pusat perhatian. Induk Ayam menikmati pesta dengan penuh suka cita sehingga dia tidak menyadari bahwa cincinnya hilang. Setelah pesta, baru dia menyadari bahwa cincinnya hilang dan langsung dia mencarinya dan tidak ketemu.
Keesokan harinya, Induk Ayam memberitahukan kehilangan cincinnya kepada Burung Elang. Lalu, Burung Elang marah besar dan meminta janji yang sudah disepakati dulu yaitu Burung Elang akan memangsa anak-anak ayam. Sejak saat itulah, Burung Elang memangsa anak-anak ayam hingga sekarang.
Pesan yang didapatkan dari cerita tersebut adalah kita harus menjaga kepercayaan orang lain sehingga kita tetap dipercaya dan tidak membuat orang lain marah atau sakit hati terhadap kita.
(Dim)

Selasa, 04 Juni 2013

Berlibur ke Kebun Binatang



Judul: Zoo
Penulis: Anthony Browne
Penerbit: Random House Children's Book.
Tahun terbit: 1992
Winner of The Kate Greenaway Medal

Pengalaman berlibur ke kebun binatang bersama keluarga tentu tak asing bagi banyak orang. Dalam buku bergambar ini, Anthony Browne bercerita tentang sebuah keluarga yang menghabiskan satu hari mereka di kebun binantang. Tanpa banyak konflik, cerita ini justru menjadi sangat nyata. Apalagi ditambah dengan ilustrasi menarik di setiap halamannya.

Zoo diceritakan melalui sudut pandang anak laki-laki pertama dalam keluarga itu. Ia bercerita tentang liburannya ke kebun binatang bersama ayah, ibu, dan adik laki-lakinya. Cerita diawali dengan kemacetan luar biasa di jalan, membuat ia dan adiknya begitu bosan. Dilanjutkan dengan kekesalannya melihat tingkah si ayah yang berdebat dengan petugas piket. Tak lupa, ia juga sering bertengkar dengan si adik karena masalah sepele, misalnya bosan dengan suasana kebun binatang, ataupun lapar setelah jalan-jalan seharian.

Liburan biasanya identik dengan keceriaan. Namun, tokoh 'I' di sini justru lebih banyak bosan di kebun binatang. Menurutnya, liburan ini tidak seru karena hanya melihat binatang-binatang yang berlalu-lalang di kandang. Namun pada akhirnya mereka semua dapat bergembira setelah makan di kafe yang enak juga mendapat topi bergambar binatang untuk masing-masing.

Cerita ini sangat dekat dengan kehidupan anak sehari-hari. Merengek-rengek kepada ibu untuk makan, bertengkar dengan saudara merupakan pengalaman yang tak asing lagi. Ditambah lagi ilustrasi yang memukau di setiap halaman akan membuat anak-anak sangat menikmati buku ini. Berikut contoh ilustrasi yang ada di buku ini:



Buku ini mendapatkan penghargaan Kate Greenaway Medal pada 1992. Penghargaan ini diberikan untuk ilustrasi terbaik bagi buku anak-anak di Inggris. Hampir sama dengan Caldecott Medal yang diberikan bagi ilustrasi buku anak-anak di Amerika. Sedikit perbedaan tentang kedua penghargaan ini, Caldecott Medal benar-benar menyoroti sebuah ilustrasi buku bergambar, sedangkan cerita buku tersebut akan menjadi bagian dari Newberry Medal. Namun, dalam Kate Greenaway Medal, penilaian juga mempertimbangkan segi cerita, sehingga kemungkinan besar nominasi Kate Greeanaway Medal akan menjadi nominasi pula dalam Carnegie Medal, yaitu penghargaan bagi cerita anak-anak terbaik.